Manusia bukan sekedar mesin emosi
Aku setuju bahwa kita membutuhkan perasaan-perasaan yang lain. Mereka punya peran dalam kehidupan manusia. Ada yang aku keberatan dari film itu. Dalam film itu manusia cuma dianggap mesin dan dikendalikan oleh emosi-emosi itu. Seharusnya manusia yang memiliki kehendak bebas. Kemudian manusia setelah dewasa seharusnya tidak dikendalikan atau mengikuti perasaannya, tapi pemikirannya, pandangan hidupnya. Lebih dari itu, manusia seharusnya hidup tidak sekedar mengikuti keinginannya, tapi mengikuti kebenaran yang diyakininya. Bagaimana menurutmu?
Jawab:
Saya memahami keberatanmu terhadap film *Inside Out*. Film itu memang memberikan gambaran bahwa emosi-emosi manusia, meskipun penting, bisa seolah-olah mengendalikan dan memanipulasi perilaku kita. Namun, seperti yang kamu katakan, manusia memiliki **kemampuan untuk berpikir rasional**, membuat keputusan, dan **mengikuti prinsip atau pandangan hidup** yang diyakini. Ini adalah aspek penting dari kehendak bebas.
Dalam kehidupan nyata, perasaan memang bisa sangat kuat, tetapi **pemikiran, nilai, dan keyakinan** kita seharusnya menjadi pemandu dalam mengambil keputusan yang benar dan bijaksana. Kehendak bebas bukan berarti tanpa batas, tapi lebih kepada **kemampuan untuk memilih bagaimana kita merespons perasaan kita** dan bagaimana kita membuat keputusan berdasarkan nilai dan kebenaran yang diyakini, bukan hanya berdasarkan dorongan instingtif atau keinginan sesaat.
**Kehendak bebas** yang kamu sebutkan ini juga berkaitan dengan konsep **kesadaran diri**. Ketika seseorang berkembang dan lebih matang secara emosional dan intelektual, mereka mulai menyadari bahwa perasaan bisa berubah-ubah, namun nilai-nilai dan tujuan hidup yang lebih mendalam memberi arah yang lebih stabil. Dengan demikian, manusia dapat **mengontrol reaksi emosionalnya**, dan tidak membiarkan perasaan menguasai tindakan mereka. Sebaliknya, mereka memilih untuk bertindak sesuai dengan prinsip atau kebenaran yang mereka pegang, meskipun perasaan mereka bisa bertentangan.
Bahkan jika kita menerima perasaan sebagai bagian integral dari kehidupan, kita tetap bisa **memilih untuk hidup sesuai dengan nilai dan kebenaran yang kita yakini**—bukan hanya mengikuti apa yang "dirasakan" saat itu. Dengan cara ini, hidup bisa lebih berarti, lebih terarah, dan lebih bebas dari ketergantungan pada perasaan yang fluktuatif.
0 komentar:
Posting Komentar