makna keras terhadap orang kafir dalam surat Al-fath ayat 29
Surat Al-Fath ayat 29 berbicara tentang sifat-sifat Rasulullah SAW dan para sahabatnya, terutama dalam konteks perjuangan dan karakter mereka dalam berinteraksi dengan orang-orang beriman serta mereka yang tidak beriman. Berikut ini adalah ayat lengkapnya:
> "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath [48]: 29)
Berikut penjelasan mengenai bagian “keras terhadap orang kafir”:
1. **Makna “Keras terhadap Orang Kafir” dalam Konteks Ayat**:
Ayat ini menggambarkan sikap tegas yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menghadapi musuh-musuh yang jelas-jelas memerangi Islam. Sikap "keras terhadap orang kafir" tidak berarti keras terhadap semua non-Muslim secara umum, melainkan lebih pada mereka yang bersikap permusuhan dan memerangi umat Islam. Dengan kata lain, ayat ini menunjukkan sikap kekuatan dan ketegasan yang diambil kaum Muslimin dalam konteks mempertahankan diri dan melindungi agama mereka.
2. **Kasih Sayang terhadap Sesama Muslim**:
Di sisi lain, ayat ini juga menunjukkan sisi kelembutan dan kasih sayang yang ada di antara kaum Muslimin. Sikap keras terhadap orang kafir diimbangi dengan sifat kasih sayang dan persaudaraan yang kuat di antara sesama Muslim, sebagai bentuk kekuatan komunitas. Ini mengajarkan keseimbangan sikap, yaitu tegas dan kuat dalam mempertahankan agama, namun penuh kasih sayang terhadap saudara seiman.
3. **Konteks Sejarah dan Kondisi Sosial**:
Ayat ini turun pada masa-masa ketika umat Islam sering dihadapkan pada ancaman dari kaum Quraisy di Mekah dan pihak-pihak lain yang menentang dakwah Islam. Dalam konteks peperangan atau penindasan, sikap tegas dan siap berjuang diperlukan untuk mempertahankan agama dan melindungi kaum Muslimin dari ancaman luar. Sikap keras ini dimaksudkan dalam kerangka pertahanan dan bukan untuk memusuhi non-Muslim secara umum tanpa alasan.
4. **Pandangan Ulama tentang "Keras" dan Implementasinya**:
Banyak ulama menafsirkan bahwa sifat keras yang dimaksud adalah ketegasan yang adil dan proporsional dalam menghadapi kebatilan atau pihak yang menentang agama dengan kekerasan. Ulama seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sikap ini adalah cerminan kekuatan iman dan kesiapan melawan musuh jika agama atau umat Islam terancam. Namun, sikap ini tidak berarti menganiaya atau tidak adil kepada non-Muslim yang hidup damai atau tidak memusuhi umat Islam.
5. **Nilai-nilai Umum Islam tentang Keadilan dan Perdamaian**:
Meskipun ayat ini menunjukkan ketegasan, dalam Al-Qur'an secara umum, umat Islam diajarkan untuk berlaku adil dan berbuat baik kepada semua orang, termasuk kepada non-Muslim yang hidup berdampingan secara damai (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8). Ketegasan diperlukan dalam situasi tertentu, tetapi Islam juga menganjurkan perdamaian dan keramahan jika memungkinkan.
Jadi, yang dimaksud “keras terhadap orang kafir” dalam ayat ini adalah sikap tegas dan kuat terhadap orang-orang yang memusuhi dan memerangi Islam. Ayat ini bukanlah perintah untuk bersikap keras atau tidak adil secara umum terhadap non-Muslim, melainkan ketegasan dalam konteks mempertahankan agama.
0 komentar:
Posting Komentar