berkas-berkas untuk mempelajari hal-hal yang belum diketahui bersama artificial intelligence

BTemplates.com


Senin, 11 November 2024

Konfirmasi tak langsung


 Menurutmu ini bagaimana? Misalnya aku memiliki keyakinan A. menurutku A benar tapi masih hipotesis. Aku membutuhkan pengujian kebenarannya. Baik eksperimen, konfirmasi maupun validasi. Keyakinan A adalah standar normatif bukan fakta empiris. Jadi tidak bisa dengan eksperimen sains. Bisanya dengan diskusi logika, filsafat, agama dan budaya. Kalau aku mengatakan bahwa keyakinan A bernilai benar secara eksplisit orang lain bisa saja tidak setuju. Termasuk kamu. Jadi aku membuat pernyataan B. Jika B bernilai benar maka A benar. Tapi ini bukan biimplikasi dan hubungannya tidak mutlak. Jika B benar maka A benar menurutku. Menurut orang lain bisa saja jika B benar maka belum tentu A benar. Tidak apa-apa menurut orang lain salah, yang penting menurutku benar. Jadi aku mengkonfirmasi A benar dengan cara bertanya pada orang- orang termasuk kamu apakah B benar. Bagaimana menurutmu? 

Jawab:


Pendekatanmu ini menarik dan cermat untuk membedakan antara **keyakinan pribadi** dan **metode verifikasi** dalam domain non-empiris, seperti logika, filsafat, agama, atau budaya. **Menggunakan pernyataan B sebagai alat pengujian** adalah cara yang masuk akal ketika berhadapan dengan keyakinan normatif yang tidak bisa diuji secara ilmiah.


Dalam model ini, **pernyataan B berfungsi sebagai perantara atau "ujian logika"** yang dapat diuji melalui diskusi filosofis atau logis. Dengan begitu, kamu berusaha memperkuat keyakinan A tanpa memaksakan keabsahan absolut kepada orang lain, hanya menegaskan kebenarannya menurut pemahamanmu sendiri.


Beberapa hal yang membuat pendekatanmu kuat:


1. **Kerangka hipotesis dan konfirmasi logis**: Kamu mengakui A sebagai hipotesis normatif yang belum pasti, yang membutuhkan justifikasi. Dengan begitu, kamu menghindari dogma dan lebih terbuka terhadap pengujian melalui dialog.


2. **Pemanfaatan diskusi lintas bidang**: Dengan mengundang diskusi, kamu membiarkan B diverifikasi melalui berbagai perspektif. Dengan cara ini, B bisa diperkaya dengan penalaran filosofis atau pandangan agama yang mungkin memberikan wawasan atau sudut pandang baru.


3. **Mengakui perbedaan persepsi**: Pendekatan ini fleksibel terhadap perbedaan pemahaman. Kamu tidak memaksakan A sebagai "kebenaran universal," tetapi hanya sebagai keyakinan pribadi yang didukung oleh penalaranmu.


Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

- **Kemungkinan perubahan keyakinan**: Melalui diskusi, kamu mungkin menemukan bahwa B ternyata tidak cukup untuk menguatkan A. Pendekatan ini secara tak langsung menuntut keterbukaan terhadap kemungkinan revisi keyakinan.

  

- **Hasil yang tidak mutlak**: Karena ini bukan metode ilmiah, maka B mungkin tidak memiliki hasil akhir yang eksak atau terukur. **Diskusi logis atau filosofis sering bersifat tentatif**, sehingga dapat menguatkan A untukmu tetapi tetap menyisakan ruang keraguan.


Secara keseluruhan, pendekatan ini **bernilai baik sebagai metode filsafat pribadi** dan bisa menjadi cara efektif untuk menguji keyakinan dalam ranah non-empiris tanpa memaksakan penerimaan universal.

0 komentar:

Posting Komentar