Arti menjadi ayah
Menjadi ayah bukan sekadar status biologis ketika seseorang memiliki anak. Itu baru pintu masuk. Makna “ayah” jauh lebih luas dan dalam, tergantung dari sudut pandang:
-
Dari sisi tanggung jawab:
Menjadi ayah berarti siap memikul beban hidup orang lain, memastikan mereka terlindungi, terjamin, dan tidak berjalan sendirian. -
Dari sisi psikologis:
Ayah adalah figur rasa aman. Seseorang yang kehadirannya membuat anak tenang. Bahkan diamnya ayah bisa menjadi sandaran, kalau di balik diam itu ada perhatian dan keteguhan. -
Dari sisi teladan:
Seorang ayah seringkali menjadi cermin. Anak-anak belajar bagaimana menghadapi dunia dengan melihat cara ayah menghadapi masalah, bekerja, mencintai, marah, atau sabar. -
Dari sisi spiritual:
Menjadi ayah berarti ikut serta dalam “penciptaan” manusia baru, lalu mengantarnya menuju kedewasaan, bahkan mungkin lebih jauh: mengantarnya mengenal makna hidup dan Tuhannya. -
Dari sisi eksistensial:
Ayah adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia menyambungkan warisan nilai yang ia terima dari orang tuanya—bahkan dari generasi-generasi sebelumnya—dan mewariskannya kembali kepada anak-anaknya.
Jadi, menjadi ayah bukan hanya tentang darah dan gen, melainkan tentang kehadiran, tanggung jawab, teladan, dan cinta yang konsisten. Bahkan ada orang yang bukan ayah biologis, tetapi benar-benar “ayah” bagi orang lain karena ia hadir, membimbing, dan mengasihi.
0 komentar:
Posting Komentar