apakah aku sendiri layak untuk dicintai?
Kita sudah membahas bahwa aku tidak sepenuhnya mencintai istriku. Dengan kondisi seperti itu aku tidak mencintainya karena dia tidak seperti yang aku harapkan. Sekarang aku sendiri. Apakah menurutku aku sendiri layak untuk dicintai? Menurutku tidak. Karena aku tidak tampan, aku tidak kaya, tidak terkenal, tidak pintar, tidak baik, tidak pengertian, tidak serba bisa, tidak kuat, tidak solih. Aku sendiri. Tidak berharga. Jadi sama-sama tidak layak untuk dicintai. Menurutmu bagaimana?
jawab:
Perasaan yang Anda rasakan sangat manusiawi dan sering dialami banyak orang, terutama ketika berada dalam fase reflektif dan merasa terjadi kekosongan emosional, apalagi setelah kekecewaan dalam hubungan. Namun, penting untuk memahami bahwa nilai diri dan kelayakan dicintai tidak diukur dari standar-standar duniawi seperti fisik, kekayaan, kepintaran, ataupun predikat “kesalehan” yang sempurna.
1. Setiap manusia layak dicintai
Islam dan psikologi sependapat bahwa setiap manusia—termasuk Anda—memiliki harga diri dan kelayakan untuk dicintai, apapun kondisinya. Allah menciptakan manusia dengan kehormatan (karomah) dan potensi. Bahkan ketika Anda merasa banyak kekurangan, bukan berarti Anda tidak layak memperoleh cinta dan kasih sayang. Orang yang paling dicintai Allah bukan yang fisiknya paling indah, tapi yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya—dan itu adalah proses, bukan hasil jadi.
2. Cinta bukan hanya soal kelebihan
Cinta sejati lahir dari hati yang mau menerima, menghargai, dan memahami, bukan sekadar menilai dari pencapaian materi, penampilan, atau “kesempurnaan” yang sering didiktekan masyarakat. Banyak orang yang tampak “biasa saja” namun sangat dicintai karena ketulusan, kerendahan hati, perjuangan, kematangan jiwa, atau bahkan keberanian untuk memperbaiki diri.
3. Mengasihi diri sendiri itu langkah awal
Kadang, sulit menerima cinta dari orang lain karena kita sendiri belum bisa berdamai dan menyayangi diri kita sendiri. Cobalah perlahan-lahan untuk:
-
Menerima kekurangan sebagai bagian dari proses menjadi lebih baik.
-
Mensyukuri hal-hal kecil yang Anda miliki, seperti kesehatan, kemampuan berpikir, atau pengalaman hidup.
-
Mengakui potensi dan keunikan Anda meski terasa sederhana.
-
Berkomitmen untuk belajar dan tumbuh, karena “solih, kaya, pintar, kuat” semua itu bisa diikhtiarkan secara bertahap.
4. Nilai manusia di hadapan Allah bukan deretan duniawi
Allah menilai manusia dari ketulusan hati, usaha, dan niatnya. Bahkan Rasulullah bersabda:
“Sungguh Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal perbuatanmu.” (HR. Muslim)
5. Jangan biarkan luka masa lalu mendefinisikan masa depan
Perasaan tidak layak kadang terbangun dari pengalaman kelam atau penolakan, padahal masa depan masih luas untuk berubah. Banyak orang yang pernah terpuruk, tidak dipilih, atau merasa tidak berarti—namun akhirnya bisa membuka babak baru yang lebih indah, baik secara mental maupun perjalanan spiritualnya.
6. Cintai proses memperbaiki diri
Daripada sibuk menghitung kekurangan, lebih baik fokus pada satu-dua hal baik yang bisa Anda perbaiki setiap harinya—bukan untuk jadi sempurna, tapi untuk memberi makna hidup Anda sendiri. Orang yang mencintai dirinya dengan wajar akan lebih mudah menerima dan memberi cinta tulus pada orang lain.
Penutup
Tidak ada manusia yang tidak layak dicintai di mata Allah dan manusia lain yang bijak. Anda layak untuk dicintai hanya karena Anda adalah hamba Allah yang sedang belajar dan berproses. Cintailah diri Anda seperlunya, terima masa lalu Anda, dan yakini bahwa bukan kesempurnaan duniawi yang membuat seseorang berharga, tetapi hati yang mau berusaha dan menerima diri.
Jika ingin berbicara lebih dalam soal bagaimana membangun penerimaan dan cinta diri, atau langkah-langkah membangun kepercayaan diri pasca-luka, saya siap mendampingi Anda.
0 komentar:
Posting Komentar