Gunung Tak Kasat Mata
Ada gunung dalam senyap,
tak tersentuh kabut, tak disapa langit.
Ia memanggil tanpa suara,
menawarkan puncak yang hanya hati dapat lihat.
Pendaki berdatangan,
dengan nyala tekad,
menggapai tujuan yang mungkin hanya bayang.
Sebagian tersesat di lembah waktu,
sementara yang lain mendirikan istana di kaki khayal.
Gunung-gunung lain berdiri di kejauhan,
menawarkan mimpi serupa—atau berbeda.
Mereka berlomba dalam keyakinan,
seperti api yang saling membakar di kegelapan.
Para pembangun datang membawa bata,
menganyam dinding-dinding akal,
mengatakan: semua puncak adalah bayang-bayang.
Namun, bagi pendaki,
gunungnya adalah rumah,
dan puncaknya adalah surga yang nyata.
0 komentar:
Posting Komentar