Antara filsafat dan bisnis
Sebelum itu, begini. Aku menyukai ketetapan, kestabilan, kemapanan. Karena itu aku belajar filsafat. Aku kurang suka perubahan, tapi bisnis terus berubah. Aku jadi bingung dengan bisnis.
Jawab:
Memang ada perbedaan mendasar antara filsafat yang cenderung mencari prinsip-prinsip universal, ketetapan, dan kestabilan, dengan bisnis yang penuh dinamika dan perubahan. Namun, keduanya tidak selalu harus bertentangan. Berikut cara untuk memahami dan menyelaraskan keduanya:
---
### **1. Pahami Bahwa Bisnis Juga Memiliki Prinsip Dasar**
Seperti filsafat yang memiliki prinsip-prinsip tetap, bisnis juga memiliki landasan yang stabil:
- **Nilai inti**: Seperti kejujuran, pelayanan pelanggan, dan inovasi.
- **Tujuan jangka panjang**: Visi dan misi yang menjadi arah usaha.
- **Manajemen keuangan**: Mengelola pendapatan, pengeluaran, dan investasi.
Meskipun bisnis berubah, prinsip-prinsip ini tetap menjadi pegangan.
---
### **2. Lihat Bisnis Sebagai Ekspresi Keseimbangan**
Dalam filsafat, banyak ajaran menekankan pentingnya keseimbangan (misalnya, harmoni dalam ajaran Aristoteles atau "jalan tengah" dalam filsafat Timur). Bisnis juga bisa menjadi cara untuk menyeimbangkan:
- **Kestabilan dan inovasi**: Menjaga yang sudah berjalan baik sambil mencoba hal baru secara bertahap.
- **Keberlanjutan dan pertumbuhan**: Fokus pada keuntungan jangka panjang, bukan hanya mengejar hasil instan.
---
### **3. Perubahan dalam Bisnis Bisa Direncanakan**
Perubahan dalam bisnis tidak harus chaos. Jika direncanakan dengan baik, perubahan bisa menjadi sesuatu yang stabil. Misalnya:
- Menentukan strategi untuk 6 bulan ke depan.
- Mengelola risiko dengan perencanaan cadangan (contoh: dana darurat bisnis).
- Mengevaluasi hasil secara berkala untuk menyesuaikan langkah, bukan merombak total.
Ini seperti proses dialektika dalam filsafat: tesis, antitesis, sintesis.
---
### **4. Jadikan Bisnis Sebagai Pelajaran Filsafat Praktis**
Bisnis bisa menjadi cara untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan nyata. Contohnya:
- **Filsafat etika**: Bagaimana menjalankan bisnis yang adil dan bermoral.
- **Filsafat pragmatisme**: Fokus pada apa yang bisa membawa manfaat nyata, bukan hanya teori.
- **Filsafat eksistensialisme**: Menemukan makna dan tujuan di tengah tantangan bisnis.
---
### **5. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan**
Dalam filsafat Stoisisme, kita diajarkan untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dalam bisnis, ini bisa berarti:
- Mengendalikan cara kamu melayani pelanggan.
- Mengelola biaya operasional.
- Beradaptasi dengan perubahan eksternal tanpa kehilangan jati diri.
---
### **6. Jangan Terjebak oleh Ketakutan akan Perubahan**
Ketidaksukaan terhadap perubahan sering kali berasal dari rasa takut akan ketidakpastian. Untuk mengatasinya:
- Anggap perubahan sebagai proses belajar, bukan ancaman.
- Mulailah dengan perubahan kecil yang tidak terlalu menakutkan.
- Sadari bahwa bahkan dalam kestabilan, ada perubahan alami (misalnya, dalam hidup, kita bertambah tua, dunia berkembang).
---
### **7. Gunakan Filsafat sebagai Landasan, Bukan Penjara**
Filsafat memberikan arah dan prinsip, tetapi jangan sampai membuatmu kaku. Dalam bisnis, fleksibilitas adalah kekuatan. Kamu bisa tetap memegang prinsip stabilitas sambil membuka diri terhadap perubahan yang bermanfaat.
---
**Kesimpulan:**
Bisnis memang penuh perubahan, tetapi dengan prinsip-prinsip filsafat, kamu bisa menghadapi perubahan itu dengan cara yang lebih terarah dan stabil. Jadikan bisnis sebagai praktik filsafat untuk belajar menyesuaikan antara yang tetap dan yang berubah.
Jika kamu ingin, kita bisa coba menyusun strategi bisnis yang selaras dengan nilai-nilai kestabilan yang kamu sukai. Apa pendapatmu?
0 komentar:
Posting Komentar