Terjemah dan tafsir surat 2:2
Terjemahan "dzalika" sebagai "ini" dalam konteks ayat **Surah Al-Baqarah: 2** sering menjadi bahan diskusi di kalangan mufasir. Secara literal, **"dzalika"** berarti "itu," merujuk kepada sesuatu yang jauh. Namun, dalam konteks Al-Qur'an, penggunaan kata ini memiliki makna yang lebih dalam, baik secara bahasa maupun tafsir.
### 1. **Penggunaan Dzālika dalam Bahasa Arab**
Dalam bahasa Arab, kata "dzalika" sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang agung, mulia, atau istimewa, bukan sekadar menunjuk jarak fisik. Maka, meskipun secara literal berarti "itu," konteksnya bisa menunjuk pada sesuatu yang ada di dekat (seperti Al-Qur'an) dengan maksud mengagungkan kitab tersebut.
Contoh paralel dalam bahasa kita adalah menyebut sesuatu yang dekat dengan "itu" untuk menambah efek penghormatan. Jadi, "dzalikal kitaab" bisa diterjemahkan sebagai **"Kitab itu (yang agung)"** tanpa harus mengacu pada jarak fisik.
### 2. **Tafsir Ayat**
Para mufasir memiliki beragam penafsiran mengenai penggunaan kata "dzalika" dalam ayat ini:
#### a. **Merujuk pada Kitab yang Sudah Dikenal**
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa "dzalika" mengacu pada Al-Qur'an, yang meskipun dekat (karena sedang dibaca atau didengar), diungkapkan dengan kata "itu" untuk menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan agung.
#### b. **Mengacu pada Lauh Mahfuzh**
Beberapa mufasir, seperti Imam Al-Baghawi, menafsirkan "dzalikal kitaab" sebagai referensi kepada **Lauh Mahfuzh**, kitab induk di mana seluruh wahyu Allah tertulis. Dalam konteks ini, Al-Qur'an adalah manifestasi dari Lauh Mahfuzh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
#### c. **Menunjukkan Keagungan dan Jarak Maknawi**
"Dzalika" digunakan untuk menunjukkan bahwa meskipun Al-Qur'an ada di tangan kita (dekat secara fisik), esensi, keagungan, dan kedalamannya melampaui pemahaman manusia biasa. Ini menunjukkan kesakralan kitab tersebut.
### 3. **Mengapa Diterjemahkan "Kitab Ini"?**
Penerjemahan "dzalika" sebagai "ini" bertujuan untuk mengarahkan pembaca kepada kitab yang sedang dibaca atau dipegang, yaitu Al-Qur'an. Jika diterjemahkan sebagai "itu," pembaca mungkin bingung mengira kitab tersebut adalah sesuatu yang jauh atau tidak hadir.
Penerjemah mencoba menangkap konteks, bukan sekadar literalnya. Sebagai contoh:
- **"Kitab itu"** lebih mendalam dan agung, tetapi kurang praktis untuk pembaca awam.
- **"Kitab ini"** merujuk langsung pada Al-Qur'an yang sedang dibaca, lebih sesuai dengan penggunaan sehari-hari.
### 4. **Penekanan Tafsir Ayat**
**"Laa rayba fiih"** (tidak ada keraguan di dalamnya) adalah pernyataan Allah tentang kesempurnaan dan kebenaran mutlak Al-Qur'an. Ini menjadi landasan iman bahwa:
1. Al-Qur'an adalah petunjuk yang sempurna dan bebas dari kontradiksi.
2. Keraguan bukan berasal dari kitab itu sendiri, tetapi dari hati manusia yang kurang menerima hidayah.
3. Kitab ini menjadi petunjuk hanya bagi mereka yang bertakwa (sebagaimana dilanjutkan dalam ayat berikutnya).
### Kesimpulan
Penerjemahan "dzalikal kitaabu" sebagai "kitab ini" adalah interpretasi kontekstual untuk mendekatkan maknanya kepada pembaca modern. Rahasia di balik penggunaan "dzalika" adalah untuk menunjukkan keagungan, kemuliaan, dan kesakralan Al-Qur'an, baik sebagai wahyu maupun kitab petunjuk. Tafsir ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an bebas dari keraguan dan menjadi pedoman hidup bagi orang yang bertakwa.
0 komentar:
Posting Komentar