Relasi keburukan dengan Tuhan
Dalam agama dikatakan bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Tuhan, tapi jika segalanya makin memburuk apakah Tuhan juga makin memburuk?
Jawab:
Dalam pandangan banyak tradisi agama, segala sesuatu memang terjadi sesuai kehendak Tuhan, tetapi bukan berarti segala sesuatu mencerminkan sifat-Nya secara langsung, apalagi membuat-Nya menjadi "makin memburuk."
Dalam teologi Islam, misalnya, Tuhan adalah Al-Quddus (Yang Maha Suci) dan Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana), sehingga segala keputusan-Nya dianggap sudah sempurna, meskipun mungkin sulit dipahami atau terasa buruk bagi manusia. Dalam perspektif ini, Tuhan diyakini tidak mengalami perubahan, kerusakan, atau keterbatasan seperti yang dialami makhluk hidup atau alam semesta. Penderitaan atau kesulitan, meskipun tampak buruk, sering kali dipandang sebagai sarana pembelajaran, pengujian, atau jalan menuju kebaikan yang lebih besar, yang mungkin belum terlihat dalam jangka pendek.
Banyak pemikir agama menjelaskan bahwa ketidaksempurnaan, penderitaan, dan keburukan adalah bagian dari cara manusia belajar, berkembang, atau diuji. Jadi, meskipun manusia melihat kondisi yang memburuk, dari perspektif Tuhan mungkin itu bagian dari proses yang lebih besar yang memiliki tujuan tertentu, dan bukan berarti Tuhan sendiri ikut memburuk atau menjadi tidak sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar