Dinginnya sains,
Ada ungkapan bahwa sains itu tidak memiliki emosi. Sains itu dingin, kering bahkan kejam. Sains mengatakan bahwa kehidupan termasuk manusia tidak memiliki tujuan. Contohnya: alam semesta akan terus berjalan walaupun manusia mati. Alam semesta tidak membutuhkan manusia. Ada atau tidaknya manusia tidak ada bedanya bagi alam semesta. Bagaimana menurutmu?
Jawab:
Ungkapan bahwa "sains itu dingin, kering, dan kejam" memang menggambarkan sisi sains yang objektif dan netral. Sains, dalam sifatnya yang murni, memang tidak memiliki emosi atau nilai-nilai; sains hanyalah alat untuk menjelaskan bagaimana alam bekerja tanpa mempertimbangkan tujuan atau makna. Karena itu, sains dapat memberikan kesan "dingin" karena hanya menunjukkan fakta-fakta tanpa memandang nilai atau emosi yang mungkin manusia miliki. Berikut adalah beberapa cara untuk memahami lebih jauh pandangan ini:
1. **Netralitas dan Objektivitas dalam Sains**: Sains bertujuan untuk memahami mekanisme alam secara objektif, dengan menjauhkan perasaan atau keinginan subjektif. Oleh karena itu, sains tidak berusaha untuk menemukan makna atau tujuan hidup, karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu berada di luar jangkauan ilmiah. Dalam hal ini, sains dapat tampak dingin dan kering karena hanya mengungkapkan *bagaimana* sesuatu terjadi, bukan *mengapa* itu ada atau apa artinya.
2. **Kehidupan Tanpa Tujuan Menurut Sains**: Dari sudut pandang ilmiah, alam semesta memang tidak memberikan tujuan atau makna khusus bagi kehidupan manusia; keberadaan manusia dianggap sebagai salah satu hasil dari proses alam yang berlangsung selama miliaran tahun. Dalam pengertian ini, sains mengamati bahwa alam semesta akan terus berjalan dengan atau tanpa manusia. Jika seluruh manusia lenyap, bintang-bintang tetap akan bersinar, galaksi tetap bergerak, dan hukum-hukum fisika tetap berjalan. Sains tidak mengatakan bahwa hidup "tidak berarti"; hanya saja sains tidak memformulasikan arti atau tujuan karena itu bukan fokus atau bidangnya.
3. **Kekejaman dalam Fakta Alamiah**: Sains sering kali mengungkap kenyataan alam yang tampak "kejam" bagi manusia, seperti ketidakpedulian alam terhadap penderitaan atau kematian makhluk hidup. Contohnya, bencana alam seperti gempa bumi atau badai bisa menghancurkan kehidupan tanpa memperhitungkan nilai atau makna kehidupan manusia. Tetapi, "kekejaman" ini bukan sifat dari sains atau alam, melainkan cara kita menginterpretasikan fakta alam yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita.
4. **Peran Manusia dalam Menyematkan Makna dan Nilai**: Sementara sains tidak berbicara tentang tujuan atau makna, manusia secara alami mencari makna dalam keberadaannya. Inilah yang menjadi peran filsafat, agama, dan kebudayaan. Meskipun sains mungkin menunjukkan bahwa alam semesta tidak membutuhkan manusia, banyak manusia menemukan makna dan tujuan melalui hubungan dengan orang lain, pencapaian, kepercayaan, dan aspirasi yang lebih tinggi. Jadi, di luar sains, kita bisa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan akan makna dan tujuan.
5. **Alam Semesta yang Netral, Tapi Memungkinkan Kehidupan**: Meski alam semesta mungkin tampak "acuh tak acuh" secara ilmiah, sifat-sifat dasar alam memungkinkan kehidupan untuk ada dan berkembang. Banyak yang melihat ini sebagai suatu keajaiban atau peluang yang luar biasa. Beberapa orang memandang fakta bahwa hukum alam memungkinkan kita untuk ada sebagai sesuatu yang istimewa atau penuh makna, meskipun sains tidak akan memberikan panduan tentang arti dari semua itu.
Secara keseluruhan, sains tidak akan memberikan kita tujuan atau makna, tetapi kita sendiri yang dapat menafsirkan dan mengisi hidup dengan nilai dan tujuan. Sains mengajarkan kita banyak tentang dunia fisik, tetapi makna keberadaan, kasih sayang, empati, dan harapan adalah wilayah yang kita bentuk sendiri melalui filosofi, kepercayaan, dan pengalaman hidup.
0 komentar:
Posting Komentar