Allah swt pilih kasih dalam rizki dan hidayah?
Allah swt melapangkan rizki bagi yang Dia kehendaki dan menyempitkan rizki bagi yang dia kehendaki. Allah juga memberikan petunjuk kepada yang dia kehendaki dan menyesatkan orang yang dia kehendaki. Apakah berarti Allah swt itu tidak adil, pilih kasih, subyektif dan otoriter?
Jawab:
Pertanyaan ini menyentuh pada konsep keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT dalam Islam. Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah Maha Adil dan segala keputusan-Nya selalu berdasarkan hikmah (kebijaksanaan) yang mungkin tidak selalu kita pahami. Berikut adalah beberapa poin untuk menjelaskan konsep ini:
1. **Keberadaan Hikmah dalam Segala Sesuatu**: Allah SWT Maha Mengetahui segalanya, termasuk apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Apa yang mungkin terlihat sebagai "ketidakadilan" dari sudut pandang manusia, sering kali memiliki hikmah yang lebih dalam dan tujuan yang baik.
2. **Pengujian dan Ujian**: Rizki dan petunjuk dari Allah bisa menjadi bentuk ujian atau pengujian bagi umat manusia. Seringkali, apa yang kita anggap sebagai kesulitan atau ketidakadilan bisa menjadi cara Allah untuk menguji iman dan ketekunan kita.
3. **Keadilan dalam Perspektif yang Lebih Luas**: Dalam pandangan Islam, ada kehidupan setelah mati (akhirat) di mana setiap amal baik dan buruk akan diperhitungkan. Keberuntungan atau kesulitan di dunia ini tidak selalu mencerminkan status di akhirat. Allah SWT menjanjikan balasan yang adil di kehidupan selanjutnya.
4. **Ketentuan dan Takdir**: Setiap makhluk hidup memiliki takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Hal ini termasuk rizki dan petunjuk. Menerima takdir dengan lapang dada dan berusaha sebaik mungkin adalah bagian dari iman.
5. **Hidayah (Petunjuk) dan Istidraj**: Hidayah atau petunjuk diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh mencari dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya, ada juga yang diberikan kebingungan atau kesesatan sebagai bentuk ujian terhadap iman mereka. Ini bukanlah ketidakadilan, melainkan cara Allah SWT menunjukkan bahwa iman memerlukan usaha dan keinginan untuk bertumbuh.
6. **Kasih Sayang Allah**: Dalam Islam, kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sangatlah besar. Kadang-kadang, kesempitan rizki atau kesulitan hidup menjadi cara Allah untuk mendekatkan kita kepada-Nya. Dalam kesulitan, banyak orang jadi lebih tadhah (berdoa) dan berusaha lebih keras untuk mencari bantuan Allah.
7. **Subjektivitas Manusia**: Perspektif manusia terbatas dan sering kali dipengaruhi oleh emosi dan pengalaman hidup. Apa yang kita anggap baik atau buruk tidak selalu sama dengan penilaian Allah, yang mengetahui apa yang terbaik untuk setiap individu.
Dengan demikian, Allah SWT tidaklah pilih kasih ataupun otoriter. Setiap keputusan-Nya adalah bagian dari kebijaksanaan yang lebih besar. Memahami konsep ini dapat membantu kita untuk lebih menerima ketentuan-Nya dan berusaha beribadah dengan penuh keikhlasan dan tawakkal.
0 komentar:
Posting Komentar