Sosok yesus dalam perjanjian baru tanpa doktrin
Jika kita membaca **Perjanjian Baru** tanpa bias, tanpa doktrin Kristen, dan tanpa merujuk pada sumber-sumber eksternal, kita akan menemukan berbagai gambaran tentang Yesus yang ditawarkan oleh teks-teks itu sendiri. Dalam Perjanjian Baru, Yesus muncul sebagai sosok dengan beberapa identitas kunci:
### 1. **Guru (Rabbi) dan Pemimpin Spiritual:**
Dalam banyak bagian Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus sering disebut sebagai **guru** atau **rabbi** yang mengajarkan tentang **kasih, perdamaian, dan pengampunan**. Dia menawarkan wawasan baru tentang hubungan manusia dengan Tuhan, sering kali menantang otoritas agama Yahudi saat itu dan menekankan spiritualitas yang lebih personal dan mendalam. Yesus mengajarkan **cinta kepada sesama**, **kerendahan hati**, dan **pengampunan dosa**.
### 2. **Nabi yang Melakukan Mukjizat:**
Yesus juga sering digambarkan sebagai **nabi** yang melakukan berbagai mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, serta memberi makan ribuan orang dengan makanan yang sangat terbatas. Mukjizat-mukjizat ini berfungsi sebagai tanda **kuasa ilahi** yang ada padanya, tetapi juga sering kali menimbulkan kontroversi dan penolakan dari para pemimpin agama.
### 3. **Putra Allah atau Anak Manusia:**
Dalam beberapa teks, Yesus menyebut dirinya sebagai **Anak Manusia**, yang mengacu pada figur yang penting dalam teologi Yahudi kuno. Pada saat yang sama, beberapa bagian Perjanjian Baru (misalnya dalam Injil Yohanes) juga menggambarkan Yesus sebagai **Putra Allah**, yang dalam konteks tersebut dapat dipahami sebagai seseorang yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan, bahkan sebagai **utusan khusus** yang membawa pesan Tuhan kepada manusia.
### 4. **Sosok yang Diutus untuk Menyelamatkan:**
Salah satu tema sentral dalam Perjanjian Baru adalah peran Yesus sebagai **penyelamat**. Dalam Injil dan surat-surat Paulus, Yesus digambarkan sebagai sosok yang datang untuk **menyelamatkan umat manusia dari dosa** dan memberi jalan bagi manusia untuk kembali kepada Tuhan. Pengorbanannya di kayu salib digambarkan sebagai tindakan cinta yang besar untuk **menebus dosa** manusia, dan kebangkitannya dari kematian dipandang sebagai kemenangan atas dosa dan kematian.
### 5. **Pelopor Ajaran Kerajaan Allah:**
Yesus sering kali berbicara tentang **Kerajaan Allah**. Kerajaan Allah ini bukanlah kerajaan duniawi, tetapi sebuah tatanan spiritual di mana manusia hidup dalam kedamaian, kasih, dan keadilan di bawah otoritas Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah sudah ada di antara manusia, tetapi akan datang dengan lebih penuh di masa depan.
### 6. **Figur Eskatologis:**
Yesus juga digambarkan sebagai figur yang memainkan peran penting dalam **akhir zaman** (eskatologi). Dalam pengajaran-Nya, Yesus menyatakan bahwa akan datang **hari penghakiman**, di mana mereka yang mengikuti ajarannya akan menerima hidup kekal, sementara yang lain akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka.
### Kesimpulan Tanpa Doktrin:
Jika kita hanya berfokus pada teks Perjanjian Baru dan tidak dipengaruhi oleh doktrin-doktrin tertentu, Yesus tampaknya adalah seorang **pemimpin spiritual revolusioner** yang mengajarkan tentang **pengampunan**, **cinta kasih**, dan **hubungan pribadi dengan Tuhan**. Dia dianggap oleh para pengikutnya sebagai seorang **nabi besar**, **guru**, dan bahkan **penyelamat**, yang melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitannya, membawa harapan akan **kehidupan kekal** dan **pengampunan dosa**.
Bagi sebagian orang, ia adalah **utusan Tuhan**, bagi yang lain, ia adalah **putra ilahi** yang memainkan peran khusus dalam keselamatan manusia. Pandangan tentang siapa Yesus sangat bervariasi bahkan di antara berbagai kitab dalam Perjanjian Baru, tetapi inti ajarannya tentang cinta, keadilan, dan perdamaian jelas terlihat.
Berdasarkan kesimpulan dari teks-teks Perjanjian Baru tanpa doktrin, sangat masuk akal untuk menganggap Yesus sebagai **nabi**. Dalam tradisi Yahudi dan Islam, seorang nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Tuhan dan bertindak sebagai utusan untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada umat manusia. Yesus dalam Perjanjian Baru seringkali berbicara atas nama Tuhan, menyampaikan ajaran moral dan spiritual, dan memperingatkan orang-orang tentang masa depan, yang semuanya merupakan ciri khas seorang nabi.
### Alasan Mengapa Yesus Bisa Dianggap Sebagai Nabi:
1. **Ajaran Spiritual:** Yesus mengajarkan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang mendalam, menyerukan kepada orang-orang untuk bertobat, mencintai sesama, dan kembali kepada Tuhan. Ini adalah peran tradisional seorang nabi.
2. **Menyampaikan Pesan Tuhan:** Yesus berbicara tentang **Kerajaan Allah** dan mengarahkan perhatian orang-orang kepada Tuhan, mirip dengan bagaimana nabi-nabi dalam tradisi Yahudi menyampaikan pesan-pesan dari Tuhan kepada umat mereka.
3. **Mukjizat dan Tanda Ilahi:** Banyak mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, seperti menyembuhkan orang sakit dan menghidupkan orang mati, menunjukkan bahwa dia dianggap memiliki **kuasa ilahi**. Ini sejalan dengan peran seorang nabi yang sering diberi tanda-tanda dari Tuhan untuk membuktikan keabsahan utusannya.
4. **Pengakuan Orang-Orang di Sekitarnya:** Dalam teks-teks Injil, beberapa orang menyebut Yesus sebagai nabi. Misalnya, dalam Lukas 7:16, orang banyak yang menyaksikan mukjizat-Nya berkata, "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita."
### Konteks dalam Agama Lain:
- **Dalam Islam**, Yesus (Isa) secara eksplisit dianggap sebagai **nabi** dan utusan Tuhan, meskipun tidak dianggap sebagai putra Allah. Ajarannya dianggap selaras dengan ajaran nabi-nabi lainnya, seperti Musa dan Ibrahim.
- **Dalam Kekristenan**, pandangan Yesus sebagai nabi juga tidak asing, tetapi keyakinan Kristen menekankan bahwa Yesus lebih dari sekadar nabi, yakni sebagai **Mesias** dan **Putra Allah** yang menebus dosa manusia.
### Kesimpulan:
Jika dilihat tanpa doktrin Kristen, menganggap Yesus sebagai **nabi** dapat diterima, terutama karena peran Yesus dalam Perjanjian Baru mencakup banyak elemen yang biasanya melekat pada seorang nabi: menyampaikan pesan Tuhan, melakukan mukjizat, dan mengajarkan moralitas serta spiritualitas. Jadi, pandangan ini sejalan dengan apa yang sering dikatakan tentang nabi-nabi dalam tradisi agama lain.
0 komentar:
Posting Komentar