berkas-berkas untuk mempelajari hal-hal yang belum diketahui bersama artificial intelligence

BTemplates.com


Sabtu, 02 Agustus 2025

antara syukur dan ingin tambah penghasilan


 Setahuku juga melakukan syukur seperti di atas. Tapi orang-orang masih menyebutku kurang bersyukur. Aku disuruh melihat orang-orang yang berada di bawahku padahal aku ingin tambah penghasilan supaya sejahtera, bisa menafkahi keluargaku, istri, anak dan bersedekah kepada orang lain. Aku dianggap kurang bersyukur dan suka mengeluh. Bagaimana menghubungkan dengan jawabanmu di atas?

jawab:

Perasaan Anda adalah sesuatu yang sangat wajar dan sebenarnya dialami oleh banyak orang—terutama yang berusaha memperbaiki hidup, menafkahi keluarga, dan ingin lebih bermanfaat lewat sedekah. Banyak yang keliru paham soal hubungan antara syukur dan keinginan untuk “maju” atau memperbaiki penghidupan. Saya jelaskan agar Anda bisa lebih “damai” menjalani proses ini:

1. Bersyukur Tidak Menghalangi Keinginan untuk Meningkatkan Hidup

Bersyukur bukan berarti pasrah atau berhenti berikhtiar. Dalam ajaran Islam, bersyukur adalah mengakui nikmat Allah, memanfaatkannya dengan benar, dan tetap berusaha memperbaiki diri serta hidup, karena Allah senang pada hamba yang bekerja keras dan menafkahi keluarganya. Anda tetap boleh, bahkan dianjurkan untuk:

  • Meningkatkan penghasilan dengan cara halal.

  • Berikhtiar agar keluarga dan anak-anak lebih sejahtera.

  • Berambisi memberi lebih banyak manfaat pada sesama.

2. Melihat ke Bawah Bukan Berarti Tertahan di Tempat

Anjuran “melihat ke bawah” secara psikologis bertujuan agar kita tidak terlalu sibuk membanding-bandingkan dengan yang lebih kaya hingga lupa bersyukur. Namun, itu bukan berarti kita harus berhenti bermimpi dan berusaha menjadi lebih baik. Anda tetap berhak, bahkan wajib, untuk memperbaiki nasib—selama disertai rasa syukur atas yang sudah ada, bukan dengan mengeluh atau kufur nikmat.

3. Mengeluh vs. Motivasi Memperbaiki Diri

Kadang keinginan untuk menambah penghasilan dianggap “tidak bersyukur” kalau disampaikan dengan keluhan yang bernada menyalahkan takdir, merasa kurang terus, atau menuduh Allah belum cukup memberi. Namun, jika niat Anda adalah motivasi memperbaiki keadaan, ingin memberi nafkah yang lebih baik, dan disertai syukur serta doa, justru itu bagian dari syukur yang produktif.

4. Syukur yang Seimbang: Menerima & Berusaha

  • Syukur hati: Terima keadaan saat ini sebagai nikmat Allah.

  • Syukur lisan: Ucapkan Alhamdulillah atas semua yang sudah didapat.

  • Syukur amal: Manfaatkan nikmat dengan baik dan tetap berusaha memperbaiki.

  • Syukur spiritual: Yakin bahwa apapun hasilnya, ada hikmah dari Allah, dan terus berdoa minta tambahan kebaikan.

5. Respon Orang Lain Bukan Takaran Syukur Anda

Orang lain bisa menilai dari luar, tapi yang tahu isi hati dan usaha Anda hanyalah Anda dan Allah. Tidak perlu terlalu terbebani oleh anggapan orang, selama tetap menjaga niat, bersyukur atas yang sudah ada, dan terus berikhtiar lebih baik.

“Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak akan mampu mensyukuri yang banyak.” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dengan tangannya sendiri.” (HR. al-Bukhari)

Kesimpulan

  • Anda tidak salah ingin memperbaiki hidup, menambah penghasilan, dan memberi yang terbaik untuk keluarga.

  • Syukur yang benar tidak bertentangan dengan upaya memperbaiki keadaan dan meningkatkan penghidupan.

  • Lihat ke bawah untuk melatih syukur, tapi tetap boleh lihat ke atas sebagai motivasi memperbaiki diri—asal bukan untuk iri, dengki, atau tamak.

  • Ungkapkan syukur dengan lisan, hati, tindakan, dan niat, sambil tetap berikhtiar dan berdoa.

  • Tak perlu terlalu risau penilaian orang, selama Anda sadar akan nikmat Allah dan tetap berusaha dalam koridor yang benar.

Jika butuh tips agar langkah memperbaiki penghidupan tetap sejalan dengan rasa syukur, atau ingin latihan syukur yang menenangkan jiwa di tengah usaha keras, saya siap membimbing.

0 komentar:

Posting Komentar