antara konsistensi dan fleksibilitas
1. Konsistensi itu apa sebenarnya?
Banyak orang mengira konsisten = tidak pernah berubah. Padahal, konsistensi adalah kesetiaan pada prinsip inti, bukan pada cara.
Misalnya:
-
Prinsip inti: “Saya ingin hidup sehat.”
-
Strategi awal: “Jogging 30 menit setiap pagi.”
-
Setelah cedera lutut, kamu ganti strategi: “Berenang 30 menit 3x seminggu.”
Apakah kamu tidak konsisten? Tidak, karena prinsip intinya tetap sama: hidup sehat. Yang berubah hanya jalannya.
2. Kapan berubah itu wajar?
Perubahan wajar dan bahkan perlu ketika:
-
Kondisi berubah → Misalnya, pandemi datang, kamu ubah cara bekerja.
-
Informasi baru → Setelah riset, kamu tahu metode sebelumnya kurang efektif.
-
Ada cara lebih baik → Bukan berarti mengkhianati diri, tapi mengoptimalkan jalan.
Jika kamu tetap pakai cara lama meskipun jelas tidak efektif, itu namanya keras kepala, bukan konsisten.
3. Lalu kapan disebut inkonsisten?
Inkonsistensi terjadi kalau:
-
Kamu mengkhianati nilai inti hanya karena situasi sulit atau tergoda kenyamanan.
-
Keputusan berubah tanpa alasan yang jelas (hanya ikut mood atau tren).
-
Setiap perubahan membatalkan arah hidup (hari ini mau A, besok B, tanpa keterkaitan).
Contoh:
-
Prinsip awal: “Saya ingin mandiri secara finansial.”
-
Hari ini semangat kerja, besok malas kerja karena capek → ini inkonsisten.
4. Cara membedakan (uji sederhana)
Tanyakan 3 hal setiap kali kamu ingin mengubah keputusan:
✅ Prinsipku tetap sama?
✅ Ada alasan rasional, bukan sekadar bosan?
✅ Arah besarnya masih menuju tujuan awal?
Kalau semua “ya”, berarti itu fleksibilitas cerdas, bukan inkonsistensi.
Mau aku buatkan diagram alur sederhana yang menunjukkan perbedaan antara “konsisten”, “fleksibel”, dan “inkonsisten” supaya lebih mudah kamu bayangkan?
0 komentar:
Posting Komentar