Bagaimana islam menghadapi keberagaman nilai
dalam diskusi ilmu-ilmu sosial perbedaan itu menjadi alasan umat manusia tidak bisa bersatu. Orang-orang sosial sampai menganut doktrin dan mindset kebenaran itu subyektif dan nilai-nilai itu relatif. Buktinya konsensus nilai-nilai normatif universal tak bisa terwujud. Itu terus bagaimana?
Jawab:
Masalah yang Anda angkat mencerminkan salah satu dilema besar dalam diskursus sosial dan budaya, yaitu bagaimana menghadapi keberagaman tanpa mengorbankan persatuan dan universalitas nilai-nilai. Berikut adalah beberapa cara pandang yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan ini:
---
### **1. Menyadari Bahwa Perbedaan Adalah Kenyataan Alamiah**
Ayat yang Anda rujuk menekankan bahwa perbedaan adalah bagian dari tanda kebesaran Allah. Dalam kerangka sosial, ini berarti perbedaan tidak harus dihapus, tetapi diterima sebagai kenyataan yang ada.
Namun, di sisi lain, manusia sering kali melihat perbedaan ini melalui lensa konflik, karena:
- **Persaingan Kepentingan:** Setiap kelompok ingin melindungi identitasnya.
- **Kurangnya Pemahaman:** Stereotip dan prasangka membuat perbedaan terasa seperti ancaman, bukan peluang.
Dalam konteks ini, doktrin relativisme muncul sebagai cara untuk menghindari konflik dengan menganggap semua nilai benar secara subyektif. Tapi ini justru dapat melemahkan konsensus yang diperlukan untuk bersatu.
---
### **2. Kebenaran Subjektif vs Kebenaran Objektif**
**Islam dan nilai-nilai universal** sebenarnya menegaskan bahwa ada kebenaran objektif yang bisa menjadi pijakan universal, seperti keadilan, kasih sayang, dan perdamaian.
- Subjektivitas muncul ketika manusia menafsirkan nilai-nilai tersebut sesuai konteks budaya atau pengalamannya, sehingga terlihat berbeda.
- Tetapi ini tidak berarti bahwa kebenaran universal itu tidak ada—hanya saja, manusia sering gagal mencapai konsensus tentang bagaimana menerapkannya secara konkret.
Dalam diskusi sosial, pandangan Islam menawarkan pendekatan:
- **Mengakui universalitas prinsip moral dasar:** Misalnya, tidak ada masyarakat yang menerima ketidakadilan sebagai nilai utama.
- **Mengakomodasi keragaman penerapan lokal:** Prinsip yang sama bisa diwujudkan dengan cara yang berbeda, tanpa meniadakan inti dari nilai tersebut.
---
### **3. Mengapa Konsensus Sulit Dicapai?**
Kesulitan dalam menciptakan konsensus global muncul dari beberapa faktor:
- **Egoisme Kolektif:** Setiap kelompok budaya atau bangsa ingin mempertahankan supremasinya.
- **Kepentingan Politik dan Ekonomi:** Negara atau kelompok yang lebih kuat sering menggunakan keberagaman untuk memecah-belah demi keuntungan pribadi.
- **Relativisme Ekstrem:** Jika segala sesuatu dianggap benar, maka tidak ada dasar untuk menyatakan satu prinsip lebih baik daripada yang lain.
Namun, ajaran Islam menekankan bahwa keberagaman (seperti warna kulit dan bahasa) seharusnya mendorong manusia untuk saling mengenal (_QS. Al-Hujurat: 13_) dan mencari titik temu, bukan memecah-belah.
---
### **4. Pendekatan Islam terhadap Nilai Universal**
Islam memberikan panduan bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi penghalang persatuan. Sebaliknya, Islam menawarkan solusi:
1. **Memprioritaskan Nilai yang Bersifat Universal:** Misalnya, keadilan, persaudaraan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini bisa diterima oleh semua kelompok manusia, meskipun caranya diterapkan mungkin berbeda.
2. **Menggunakan Dialog yang Bermakna:** Ayat tentang keberagaman mengisyaratkan pentingnya memahami orang lain melalui dialog, bukan memaksakan pandangan.
3. **Menyadari Keterbatasan Relativisme:** Relativisme total melemahkan dasar normatif untuk menciptakan aturan yang adil. Islam mengajarkan bahwa ada nilai-nilai ilahiah yang melampaui subyektivitas manusia.
---
### **Kesimpulan**
Meskipun manusia berbeda dalam ras, budaya, dan cara memandang kebenaran, ini bukan alasan untuk tidak bersatu. Dalam pandangan Islam, justru keberagaman adalah sarana untuk saling mengenal dan mencapai konsensus atas nilai-nilai universal. Tantangan di dunia sosial bukanlah pada perbedaan itu sendiri, tetapi pada kurangnya kesediaan untuk memahami dan bekerja sama berdasarkan prinsip yang sama. Dengan kata lain, keberagaman adalah ujian—bukan hambatan—untuk bersatu.
0 komentar:
Posting Komentar